Selasa, 16 Januari 2024

KISAH BATU BERSUARA DI PURA GOA GONG


     Pura Goa Gong  yang terletak di Banjar Batu Mongkong, Desa Jimbaran, Kuta, Badung.Pura ini merupakan salah satu pura di Bali yang memiliki keunikan.Pura ini sangat memendam kisah spritual yang magis dan kisah mistis.

   Ida Pedanda Wau Rawuh atau Dang Hyang Dwijendra, sempat menginjakkan kakinya di Pura Goa Gong. Pura Goa Gong bermula dari perjalanan Dang Hyang Nirartha menuju Uluwatu..Di tengah perjalanan beliau mendengar suara Gong. Karena saking penasarannya,beliau mencoba melusuri dari mana asal suara gamelan atau gong tersebut.Akhirnya beliau menemukan tempat suara gong itu berasal.Sesampainya disana beliau bertemu dengan dua ekor naga besar yang berwarna kuning dan merah. Naga itu melintang di hadapan beliau, seolah-olah ingin menghalangi perjalanan beliau.Ternyata,dua ekor naga tersebut adalah wujud dari raja dan ratu gamang atau wong samar yang keduanya telah melakukan semedi selama ratusan tahun untuk mendapatkan penyupatan.Naga tersebut ingin mendapatkan panyupatan dari Dang Hyang Nirartha agar bisa pergi menuju sunia loka.

    Konon katanya naga tersebut mengaku sekian lama bersemedi disana,namun tak ada satupun Bhatara membebaskan mereka. Hal inilah yang menyebabkan kedua naga tersebut menghalangi perjalanan Dang Hyang Niratha.Akhhirnya beliau menyanggupi permintaan naga tersebut untuk disupat,akan tetapi ada permintaan khusus Dang Hyang Nirartha yang harus dipenuhi.Permintaannya ialah Roh atau atman dari kedua naga tersebut bisa pergi dengan karma masing-masing menuju sunia loka.Tetapi,badan atau raga dari naga tersebut harus berada di Pura Goa Gong agar senantiasa menjaga dari energi negatif. Kedua naga tersebut selanjutnya berstana di taman yang dibuat oleh Dang Hyang Nirartha. Hingga kini, kedua naga tersebut diyakini sebagai Raja dan Ratu Wong Samar.

    Setelah selesai menyupat sang naga, Dang Hyang Nirartha melanjutkan perjalanan menuju suara gong yang tiada henti mengganggu telinga beliau. Ternyata suara gong tersebut berasal dari tengah goa,namun setelah didekati seketika suara gong berhenti. Beliau kemudian masuk ke dalam goa dan duduk di atas sebuah batu besar untuk bersemedi.Ternyata, selama beliau bersemedi, telah banyak wong samar yang menunggu untuk mendapatkan penyupatan dari Dang Hyang Niratha. Beliau pun berkenan menyupat wong samar tersebut, tetapi keberhasilannya tergantung pada karmanya masing-masing. Setelah selesai menyupat, beliau meminta bantuan para wong samar yang jumlahnya ribuan tersebut untuk berkenan membantu membangun Pura Luhur Uluwatu.

    Selain itu,Pura Goa Gong ini merupakan tempat persembunyian I Gusti Agung Maruti, Raja yang berasal dari Klungkung.Nama lain dari Pura Goa Gong yaitu Pura Luhur Gunung Kukus.Kenapa disebut Pura Luhur Gunung Kukus?.Karena disebutkan Raja I Gusti Agung Maruti bersembunyi ketika kala itu terjadi kudeta di kerajaan Gelgel,Klungkung.Ida Dalem Dimade atau Gusti Agung Maruti melarikan diri ke kawasan ini. Di sinilah ia melakukan tapa brata atau bersemedi sehingga mendapatkan anugerah keris bintang kukus.Oleh sebab itu, pura ini juga disebut dengan Pura Luhur Gunung Kukus.


    Pada tebing-tebing goa ada air yang menetes diyakini sumber air suci.Ini adalah fenomena sangat unik,  karena goa yang berada di bukit yang tandus dan gersang,selalu ada tetesan air yang keluar dari tebing goa.Air suci (tirta) ini yang berasal dari tebing goa diyakini sangat berkhasit untuk melakukan permohonan seperti; memohon penyucian diri, memohon berkah kehidupan, memohon obat bagi yang sakit serta memohon keselamatan.Oleh karena itu Pura Goa Gong dipercaya sangat kental dengat aura spritualnya.

    Di pura ini adalah tempat pemujaan Ida Pedanda Wau Rawuh atau Dang Hyang Dwijendra.Disisi lain ada pelinggih yang juga di puja di Pura Goa Gong, yaitu pelinggih Dewi Kwan Im dan pelinggih Ratu Mas Manik Subandar. Oleh sebab itu,pura ini juga dikunjungi oleh sebagaian besar umat Budha.Karena Dang Hyang Nirartha merupakan penganut paham Siwa Budha. Sehingga, tak jarang kita jumpai pada hari besar umat Budha, banyak yang tangkil ke pura ini. 

PIODALAN ATAU HARI RAYA DI PURA GOA GANG

    Piodalan di Pura Goa Gong dilaksanakan setiap 6 bulan sekali,yakni pada Soma Pon Wuku Sinta, atau disebut juga Soma Ribek. Pada saat piodalan, konon suara gong akan bergema kembali secara gaib di pura ini.

LARANGAN ATAU PANTANGAN DI GOA GONG 

     Untuk memasuki goa ini,dilarang mengenakan alas kaki,selain lantainya sangat licin karena tetesan air tebing,juga dapat mengotori tempat persembahyangan. Pada setiap hari Buda (Rabu),seluruh masyarakat tidak diperkenankan untuk melakukan persembahyangan di pura ini. Larangan ini sangat diyakini oleh seluruh masyarakat untuk menjaga kesucian pura tersebut, bahkan sekalipun ada hari-hari persembahyangan (rahinan) yang jatuhnya tepat pada hari itu. Sebenarnya bukan melarang,tetapi lebih tepatnya menghormati sejarahnya Maha Rsi Dang Hyang Niratha yang kebetulan pada saat beliau bersemedi di tempat ini jatuhnya pada hari Rabu (Buda).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar