Jumat, 19 Januari 2024

WISATA SPRITUAL PEMBERSIHAN DIRI DI PURA TAMAN PECAMPUHAN SALA

 

 Di Bali terdapat banyak tempat melukat yang diyakini memiliki tuah tertentu, seperti halnya di Kabupaten Bangli, tempat melukat yang cukup populer di sini ialah Pancoran Tirta Sudamala yang terletak di desa Bebalang, tempat ini sudah cukup populer. Dan sekarang ada satu tempat lagi untuk genah melukat (tempat meruwat) di Bangli yang cukup terkenal di sosial media namanya Pura Taman Pecampuhan Sala, keberadaan tempat ini sudah cukup lama, tetapi baru dipopulerkan oleh para pengunjung yang pernah melukat ke sini.

 Seperti namanya Pura Taman Pecampuhan Sala, tempat melukat di Bali tersebut berupa beji yang terletak di bawah “Pura Taman”, sedangkan “Pecampuhan” ialah pertemuan antara aliran dua sungai, sedangkan “Sala” adalah nama tempat dimana pura tersebut berada. Alamat atau lokasi dari Pura Taman Pecampuhan Sala berada di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Pura ini berada sekitar 4.5 km sebelah Barat kota Bangli, sedangkan jarak dari Denpasar sekitar 40 km, dan jarak dari tempat melukat Pancoran Tirta Sudamala 7.5 km.

 


 Pura Taman Pecampuhan Sala pun memiliki urutan pelaksanaan malukat. Yang diawali dengan pembersihan diri di pecampuhan (pertemuan dua aliran sungai) dengan menghaturkan sesajen di tempat yang sudah ditentukan, lalu menuju ke air terjun Dedari di mana tempat tersebut dipercaya untuk memohon kebersihan rupa dan hati, selanjutnya menuju pasraman tan hana (sekolah yang tidak terlihat/kasat mata).

 Pemedek yang datang tidak hanya berasal dari seputaran Bangli,namun banyak juga berasal dari luar Bali seperti Lombok,Semarang,hingga ada yang dari mancanegara.Pura ini juga akan didatangi oleh ratusan bahkan bisa mencapai ribuan orang per hari disaat hari suci seperti Banyu Pinaruh atau saat rahinan.

 Pesona indah dan menarik pura beji yang ada di Pura Taman Pecampuhan Sala, tempat melukat di Bangli inipun sudah ditata dan dikelola dengan baik oleh warga setempat, membuat mereka yang datang untuk melukat (meruwat) di sini menjadi betah, selain air yang mengalir jernih, alam di lembah sungai ini terlihat asri, sejuk dan tenang.

 Akses menuju ke Pura Pecampuhan Sala ini yaitu anda perlu jalan kaki menuruni anak tangga, sekitar 100 meter dari jalan raya, walaupun belum ada parkir yang memadai, anda bisa parkir di pinggir jalan, selain itu warga di sana juga ramah, kalau merasa tersesat carilah Banjar Sala, maka semua orang akan tahu, dan sesudah sampai sudah ada petunjuk jalan, atau gunakan peta lokasi dari google maps.

Tuah dan Khasiat melukat di Pura Taman Pecampuhan Sala Bangli

 
 

 Seperti diketahui, setiap tempat atau genah melukat (meruwat) di pulau Dewata Bali memiliki tuah dan khasiat masing-masing, dengan keyakinan penuh, dan rasa bakti yang tulus ikhlas niscaya apa yang diinginkan akan membawa kebaikan bagi diri sendiri dan juga keluarga. Untuk tempat melukat di Bangli ini letaknya tepat di bawah Pura Taman, di sana terdapat 9 buah pancoran, terbagi menjadi dua tempat terpisah. Bagian pertama yang paling atas terdapat 7 buah pancoran, dengan tinggi pancoran mencapai 3 meter di tempat ini dibuat kolam penampung air setinggi 1 meter.

 Kemudian 2 buah pancoran letaknya di bagian bawah pinggir sungai. Selain dari air suci yang mengalir dari 9 buah pancoran tersebut, tempat penglukatan lainnya adalah di sungai yang merupakan tempat pertemuan aliran dua buah sungai (campuhan). Dua sumber aliran sungai tersebut dinamakan Grojogan pesiraman Tan Hana untuk aliran sungai sebelah kiri dan Grojogan Pesiraman Dedari untuk sumber aliran air sebelah kanan. Untuk aliran sungai yang ke kiri terdapat sebuah pancoran lagi tempat melukat. Air yang mengalir di masing-masing sungai tersebut sangat jernih, sehingga menambah kesejukan hati dan pikiran bagi mereka yang ingin melukat.

 Airnya yang mengalir jernih memang sangat ideal juga untuk mandi, membasuh tubuh membersihkan raga dan secara spiritual membersihkan rohani anda, terasa segar dan menyenangkan, ditambah keindahan alam sekitarnya yang asri, hijau dan sejuk. Menikmati keindahan alam nyata dan spiritual di tempat ini, anda akan merasa betah berlama-lama menikmati kesegaran aliran mata air di  Penglukatan Pura Taman Pecampuhan Sala Bangli.

Informasi tentang Pura Taman Pecampuhan Sala, melengkapi daftar tempat melukat di Bali, seperti halnya tempat penglukatan lainnya, Pura Taman Pecampuhan Sala ini dipercaya memiliki tuah dan khasiat seperti Tirta Pule untuk pengobatan, Tirta Pandan untuk penolak Bala, Tirta Bungbung untuk kelancaran ekonomi dan Tirta Tulak Wali untuk keharmonisan keluarga, mempererat hubungan suami istri agar langgeng.

Tentunya dengan dasar keyakinan yang tinggi, rasa bakti dan tulus ikhlas, tempat ini diyakini bertuah dan sakral. Pada saat hari raya besar atau hari suci bagi umat Hindu seperti Banyupinaruh, purnama, tilem dan kajeng Kliwon, banyak umat Hindu yang datang ke tempat ini.

Wisata spiritual ke Pura Taman Pecampuhan Sala memang terasa spesial, di saat anda akan melakukan acara melukat, anda akan dipandu dan diarahkan oleh seorang pecalang yang bertugas di Pura Taman Pecampuhan Sala, bahkan mereka siap berbasah-basah juga menyeberangi sungai untuk mengantar anda ke lokasi melukat, termasuk juga mereka bisa mengantar ke tempat air terjun yang berada di dua sungai tersebut, mereka dengan sabar mengarahkan para pemedek menuju tempat melukat, bahkan anda bisa meminta bantuan mereka untuk sekedar foto selfie di tempat-tempat cantik dan instagramable seperti air terjun.

Urutan melukat dan Sarana banten di Pura Taman Pecampuhan Sala

 Adapun urutan anda melukat dan melakukan persembahyangan di Pura Taman Pecampuhan Sala, melakukan persembahyangan terlebih dahulu di pelinggih depan tempat melukat, selanjutnya penglukatan mulai dari sungai Campuhan kemudian menuju sungai sebelah kanan (Grojogan Pesiraman Dedari) sekaligus menikmati indahnya air terjun.

Selanjutnya menuju sungai sebelah kiri (Grojogan pesiraman Tan Hana) di sini juga ada sebuah pancoran tempat melukat. Selesai melakukan penglukatan di areal sungai. Menuju dua buah pancoran di pinggir sungai, dan terakhir menuju ke tempat penglukatan dengan 7 buah pancoran. Selesai melukat, terakhir menghaturkan bakti (sembahyang) di Pura Taman.

Adapun sarana banten, bagi mereka yang pertama kali datang dengan tujuan melukat di Pura Taman Pecampuhan Sala diantaranya sebuah banten pejati, dihaturkan di tempat melukat, tetapi kalau ada banten pejati lagi setelah selesai melukat bisa dihaturkan di Pura Taman. Perbanyak juga canang sari untuk dihaturkan di sejumlah tempat melukat.

Pada setiap hari raya besar, jro mangku dan pecalang akan selalu stanby di lokasi, tetapi jika beliau tidak ada, sudah ada nomer telepon Jro Mangku dan Pecalang dipasang di sini.

MENGENAL PURA KEHEN YANG BERADA DI BANGLI

 

 

   

 Pura Kehen merupakan pura yang terletak di Desa Cempaga, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali.Seperti umumnya pura-pura yang berada di Bali Pura Kehen juga dibagi menjadi tiga halaman yaitu halaman dalam (jeroan), halaman tengah (jaba tengah), dan halaman luar (jaba sisi). Masing-masing halaman pun dibatasi dengan tembok keliling yang dilengkapi pintu keluar masuk (gapura). Struktur pura dibuat bertingkat-tingkat (teras berundak) yang terbagi menjadi delapan teras. Teras pertama sampai teras kelima adalah halaman luar, teras keenam merupakan halaman tengah pertama, teras ketujuh adalah halaman tengah kedua, dan teras kedelapan adalah halaman dalam (jeroan). Berbeda dengan pura-pura lain di Bali, gapura Pura Kehen untuk menuju halaman tengah berupa candi kurung yang diapid dua candi bentar disebelah kanan dan kirinya. untuk menuju halaman tengah kedua maupun halaman dalam terdapat pintu masuk berupa candi bentar.

 

 Keberadaan pura kehen dapat diketahui berdasarkan temuan tiga buah prasasti tembaga. Dalam salah satu prasasti yang berangka tahun 1126 Çaka (1204 M) dituliskan tentang petunjuk-petunjuk kepada penduduk sekitarnya untuk melaksanakan upacara-upacara besar di Pura Kehen pada waktu tertentu. Prasasti ini menurut nama Raja Sri Dhanadhiraja (putra raja Bhatara Parameswara, dan Ibu Raja Bhatara Sri Dhanadewi adalah Bhatara Guru Sri Adhikunti) beserta permaisurinya Bhatara Sri Dhanadewi. Goris (1948), menduga bahwa Bhatara Guru Sri Adhikunti adalah istri dari raja bernama Bhatara Guru yang telah mangkat. Sumber prasasti tersebut juga menyebutkan sejumlah pura yang mempunyai hubungan erat sebagai satu kesatuan dengan Pura Kehen yakni Hyang Matu, Hyang Kedaton, Hyang Paha Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul, dan Hyang Kehen. Pura-pura tersebut letaknya tidak terlalu jauh dari Pura Kehen.

Nama Hyang Kehen untuk situs ini, dapat ditafsirkan bahwa kompleks Pura Kehen sekarang ini dahulu belum bernama pura kehen. Sesuai dengan uraian Kempers (1960) mengatakan bahwa, di Bali ada pura yang sangat tersohor bernama Pura Kehen  dan nama itu diambil dari nama pura kecil yang ada di depannya. Mungkin nama Hyang Api  dalam prasasti pertama berubah menjadi Hyang Kehen dalam prasasti ketiga (Kehen=Keren=tempat api). Walaupun prasasti ketiga ini  bertahun Saka 1126 (1204 M) tidaklah berarti bahwa Pura Kehen didirikan pada tahun 1204 Masehi.

 

Penelusuran tentang pendirian Pura Kehen dapat digali dari dua buah prasasti lainnya yang lebih tua. Goris (1954) juga mengatakan bahwa prasasti pertama terdiri dari 18 baris dan berbahasa Bali Kuna, yang diperkirakan berangka tahun 804-836 (antara tahun 882-914 M).

Bunyi dari prasasti pertama adalah sebagai berikut: 

“Hyang Karimana,. . . Hyang Api di Desa Simpatbunut (“Wangunan pertapaan di Hyang Karimana jnganangan Hyang Api. . . di Wanua di Simpit bunut-Hyang Tanda”). 

Prasasti ini juga menyebutkan nama-nama Bhiksu. Prasasti ke dua ini merupakan prasasti yang hanya tersisa lembaran terakhir saja terdiri dari 10 baris dan berbahasa Jawa Kuna, ada menyebutkan nama Senapati Kuturan, sapatha dan nama pegawai raja. Prasasti ke dua ini oleh Goris diperkirakan berangka tahun Saka antara 938-971 (1016-1049 Masehi).

 

Dari prasasti-prasasti tersebut dapat dilihat angka-angka tahun sebagai berikut:

  1. Prasasti pertama berangka tahun 882-914 Masehi (akhir abad ke 9 M atau permulaan abad ke 10 M)
  2. Prasasti kedua berkisar antara tahun 1016-1049 Masehi (abad ke 11 M)
  3. Prasasti ketiga pada tahun 1204 Masehi (Abad ke 13 M)

 Secara etimologis dalam perkembangannya selanjutnya nama Hyang Api yang termuat dalam prasasti pertama menjadi Hyang Kehen dan dalam prasasti ketiga yang selanjutnya menjadi Pura Kehen. Hal ini menjadi bukti bahwa  Pura Kehen telah ada pada tahun saka antara 804-836 (antara tahun Masehi 882-914 Masehi), atau sekitar abad IX – X Masehi.

Kegiatan Inventarisasi di Pura Kehen.  

 

Keberadaan pohon beringin besar di belakang Pura Kehen.(Sumber dari Wikipedia.org )

 Pohon beringin yang tumbuh sangat besar di areal Pura Kehen sangat disakralkan oleh masyarakat. Masyarakat lokal percaya bahwa jika batang pohon beringin tersebut patah, itu berarti sebuah musibah (grubug) akan terjadi. Kesimpulan ini diambil dari banyaknya peristiwa yang telah terjadi turun temurun sejak ratusan tahun silam. Bahkan, letak batang yang patah juga diyakini sebagai pertanda bahwa seseorang akan mengalami musibah.

 Sebagai contoh, ketika Raja Bangli meninggal dunia, batang pohon yang terletak di Kaja Kangin (timur laut) akan patah. Bila batang pohon sebelah Kaja Kauh (barat laut) yang akan patah, maka yang meninggal adalah seorang pendeta. Pertanda bagi masyarakat umum jika musibah menimpa adalah batang pohon sebelah Kelod Kangin (tenggara) maupun Kelod Kauh (barat daya) yang akan patah.

 Adapun tampaknya keberadaan Pura Kehen mencerminkan adanya kearifan lokal dibidang iptek dan religius magis. Kearifan iptek dapat dilihat dari struktus bangunan pura yang berteras-teras mengingatkan kita pada struktur bangunan berundak pada masa megalitik. Dalam hal ini nenek moyang masa klasik telah mampu mentransformasikan model bangunan masa sebelumnya dan disesuaikan dengan alam pikiran dan kondisi lingkungan masa berikutnya. Demikian halnya dengan keyakinan dibidang religius magis terdapat keberlanjutan pemujaan terhadap kekuatan-kekuatan alam masa sebelumnya (Hyang Api, Hyang Tanda, dan Hyang Karimana) kemudian disesuaikan dengan keyakinan yang berkembang masa Hindu menjadi Dewa-dewa Tri Murti (Dewa Brahma, Wisnu, Ciwa).

Kamis, 18 Januari 2024

PURA KEREBAN LANGIT UNTUK MEMOHON KETURUNAN

 

      Pura Kereban Langit,Desa Sading,Kecamatan Mengwi,Kabupaten Badung,Bali.

    Pura Kereban Langit-ini sangat viral karena aura magisnya yang cukup membawa suasana yang begitu mistis begitupun dengan tempatnya.Ketika memasuki kawasan anda akan disuguhkan dengan atap langit yang dibawahnya ada sebuah pura,memang banyak terdapat pura yang tergolong unik seperti;Pura Kereban Langit yang berlokasi di Desa Sading,Mengwi.Konon katanya di Pura ini memiliki keistimewaan pada air sucinya atau disebut juga tirta,tirta ini berada di dalam goa yang dipercaya memiliki khasiat dan mampu mendatangkan keturunan,nah kalian yang suka wisata spritual tempat ini cocok untuk yang belum dikaruniai keturunan ataupun penyakit yang tidak bisa disembukan.Ayo kita menguak lebih dalam Pura Kereban Langit!

Lokasi Pura Kereban Langit sangat mudah dijangkau,karena terletak di dekat sungai,ketika anda ke kawasan tersebut anda akan menikmati hamparan sawah yang nuansanya sangat alami seperti kita tinggal dipedesaan. Jarak yang ditempuh dari kota Denpasar sekitar 11 km. Akses ke lokasi dengan kendaraan sepeda motor dan mobil sekitar 20 menit.

    Pura Kereban langit di desa Sading ini memang terbilang unik, terletak di tengah goa di tepi sungai. Seperti yang kita ketahui ada sejumlah pura di Bali yang terletak di dalan goa diantaranya Pura Goa Lawah, Pura Goa Gong,Goa Raja,dan banyak lagi.Saat ini kita ketahui yang lagi viral keberadaannya yaitu Pura Kereban Langit yang terletak di dalam goa menambah deretan nama pura yang tergolong unik dan istimewa di Bali.

    Pura Kereban Langit, berasal dari kata “kereb” yang artinya atap, sehingga dapat diartikan sebagai pura beratapkan langit.Ruangan goa sangat unik dan eksotis, memancarkan aura magis yang kental,tidak mengherankan ruangan dalam goa di Pura Kereban Langit juga sering digunakan sebagai tempat bersemdi dan bermeditasi. Di dalam pura terdapat sejumlah pelinggih, seperti pelinggih Padma yang merupakan pelinggih dari Ratu Gede Lingsir, kemudian pelinggih Ratu Ayu dan Ratu Made, di depan padma terdapat patung terakota dan sejumlah patung penjaga, bagian luar goa terdapat penyawangan Ida Bhatara Batu Bolong dan Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped.

    Di tengah goa atau bagian utama mandala pura, ada sumber air suci yang dinamakan Tirta Salaka, yang memiliki latar belakang,dimana tempat ini selain dijadikan tempat meditasi juga dipercaya untuk memohon keturunan atau nunas anak,sehingga bagi yang susah mempunyai anak dan sudah melakukan proses medis belum juga mendapatkan hasilnya, maka tidak ada salahnya mencoba untuk memohon anugerah di Pura Kereban Langit.

Di kawasan pura juga terdapat tempat melukat,tempat tersebut yakni Taman beji yang memiliki 5 buah pancoran,airnya berasal dari sumber mata air yang jernih dan alami.Sebelum mlakukan persembahyangan di areal utama pura,para pemedek akan membersihkan diri dan menyucikan diri pada pancoran tersebut.Untuk melakukan nunas atau memohon keturunan dan kesembuhan,syaratnya ialah pemedek membawa banten atau pejati untuk pelinggih di dalam goa dan membawa canang sari untuk pelinggih di areal pura dan juga tempat melukat di pancoran.Tujuan para pemedek yang datang ke pura ini berbagai macam,yang paling sering diminta ialah memohon keturunan dan memohon pengobatan yang tidak bisa disembuhkan secara medis.

Sebelum melakukan Nunas sentana atau memohon keturunan pemedek diwajibkan melakukan prosesi melukat di Taman Beji di anataranya;

1.Pengleburan;Melebur aura negatif 

2.Pengelukatan;Membersihkan unsur negatif 

3.Praysita;Membersihkan diri

4.Pawintenan sari;membersihkan diri

5.Kemakmuran;Setelah pembersihan diri,dengan melakukan prosesi terakhir ini agar kedepanya kita dijauhkan dari aura negatif.

  Piodalan atau perayaan hari raya di Pura Kereban Langit setiap hari Buda Wage Ukir, selain itu juga pada saat bertepatan dengan hari raya seperti Saraswati,Siwaratri,Banyupinaruh,Purnama dan Tilem,banyak warga yang berdatangan untuk bersembahyang dan membersihkan diri.

 


SEJARAH  PURA KEREBAN LANGIT

Menurut penuturan warga sekitar,Pura Kereban Langit dalam prasasti belum tertulis begitu jelas.Namun,bisa dibilang pura ini adalah peninggalan sejarah Bali kuno pada masa pemerintahan Raja Sri Udayana.Ada cerita sangat menarik dibalik berdirinya asal mula pura ini. Konon pura ini ditemukan pada tahun 1923 oleh seorang raja Bali bernama Raja Udayana.Raja sangat ingin memiliki keturunan karena tahta kerajaan ingin diwariskan ke sang buah hati.

Diceritakan sebelum lahirnya raja kembar yaitu Sri maharaja Masula dan Sri Masuli memerintah Bali, kelahiran beliau dimulai dari permohonan ayahandanya yang memohon kepada Ida Bhatara Gunung Agung atau Toh Langkir, karena lama belum dikaruniai anak, maka dari itu beliau memohon anugerah kepada Ida Bhatara agar permaisurinya segera memiliki anak. Kemudian raja menerima bisikan untuk mencari Tirta Salaka.

Raja mengutus seorang brahmana untuk menemukan tirta tersebut, dalam perjalanannya ada sebuah goa Kereban langit, di dalam goa terdapat seorang yang sedang bermeditasi, di sanalah sang Brahmana menceritakan tujuannya datang ke goa tersebut.Setelah menceritakan tujuannya,akhirnya sang brahmana melihat ada sebuah mata air di dalam goa Kereban Langit dan air tersebut adalah Tirtha Salaka.Air suci tersebut dihaturkan dan diminum oleh permaisuri,akhirnya sang permaisuri hamil dan melahirkan anak kembar buncing bernama Sri Masula dan Sri Masuli.

Karena cerita inilah,air suci yang ada di dalam goa yang dinamakan Tirta Salaka sangat diyakini oleh masyarakat mampu memberikan anugerah bagi yang sulit memiliki keturunan.




Pura Kereban Langit yang terletak di Desa Adat Sading, Kecamatan Mengwi, Badung tergolong unik. Puranya berada dalam goa, namun goa tersebut tak seutuhnya tertutup. Ada sebuah lubang cukup besar dari atas yang menyinari sebagian isi goa. Itu sebabnya pura tersebut dinamakan Pura Kereban Langit, yang bermakna pura beratapkan langit. Untuk mencari Pura Kereban Langit tidaklah sulit. Pamedek yang ingin nangkil bisa menggunakan pemandu arah google maps. Jika dari pusat Kota Denpasar, Pura Kereban Langit bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Pura ini terletak di ujung jalan. Untuk mencapai pura ini, pamedek akan menuruni sekitar 30 anak tangga. Setelah itu, pamedek akan sampai di Pura Kereban Langit yang posisinya bersebelahan dengan sungai. Baca Juga: Andrew Ayer Buronan Interpol Yang Sempat Kabur Hari Ini Dideportasi ke Rusia Baca Juga: Miris, Terjerat Pinjol Untuk Bayar Kuliah Calon Advokat Coba Gasak Brankas LBH Bali Keberadaan Pura Kereban Langit ini cukup dikenal sebagai tempat untuk nunas pemargi (meminta petunjuk atau jalan) memohon keturunan. Bukan tanpa sebab tempat tersebut menjadi terkenal seperti itu. Konon, berdasarkan sejarah pura tersebut, kelahiran kembar buncing Sri Masula-Masuli yang pernah menguasai Bali Kuno, berasal dari anugerah tirta selaka yang bersumber dari pura ini. Menurut penuturan Pemangku Pura Kereban Langit, Jero I Ketut Witera belum lama ini keberadaan goa ini sudah ada sejak pemerintahan Raja Udayana. Pada masa pemerintahan ayahanda Sri Masula-Masuli (dalam berbagai referensi disebutkan adalah Sri Jaya Kasunu), lama tidak memiliki keturunan. Sri Jaya Kasunu kemudian memohon pada Ida Bhatara di Gunung Agung Giri Tohlangkir agar dianugerahi keturunan. Konon, saat itu hanya diberikan petunjuk agar mencari tirta salaka yang ada di dalam sebuah goa.

Sumber Artikel berjudul "Menelusuri Pura Kereban Langit Yang Bersejarah di Bali, Biasa Jadi Tempat Memohon Keturunan", selengkapnya dengan link: https://indobalinews.pikiran-rakyat.com/seni-budaya/pr-881658985/menelusuri-pura-kereban-langit-yang-bersejarah-di-bali-biasa-jadi-tempat-memohon-keturunan
Badung -

Hamparan hijau dan cuaca sejuk sangat terasa ketika memasuki kawasan Pura Kereban Langit yang berlokasi di Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Kawasan Pura Kereban Langit Sading viral karena dikabarkan memiliki keistimewaan pada air sucinya yang berada di dalam kawasan goa pura tersebut. Air suci tersebut dipercaya dapat mendatangkan keturunan dan mampu mengobati penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh medis.

Menuju ke lokasi Pura Kereban Langit, jika dari Kota Denpasar, Anda dapat menempuh jarak 20 menit (baik motor maupun mobil). Di sana mata Anda akan dimanjakan dengan kawasan hijau persawahan sebelum memasuki pura. Pura tersebut terletak di bawah dan sebelum memasuki kawasan pura, Anda disarankan memakai kamen atau kebaya ringan dan selendang.

Wanita sedang haid dilarang memasuki kawasan pura ini. Biasanya yang datang adalah para pemedek warga Desa Sading, ada juga dari Kota Denpasar dan Tabanan, namun banyak juga wisatawan dari luar Bali yang hendak bersembahyang di pura ini. Tujuan para pemedek ini bermacam-macam, yang paling sering diminta adalah nunas sentana (memohon keturunan) dan nunas tamba (memohon pengobatan).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemangku Pura Jero Mangku I Ketut Witera (68) menuturkan, nama Pura Kereban Langit sudah diberikan sejak dahulu kala, maknanya adalah pura yang beratapkan langit, sangat unik karena pura ini berlokasi di dalam gua. Pura ini dalam prasasti belum ada sejarahnya. Pura ini ditemukan pada tahun 1923 M oleh pemerintahan Sri Udayana.

"Beliau memiliki pewisik Ida betara betari yang nangkil di Gunung Agung agar Munas Tirta mencari di sini yang diutus Brahmana dan patih-patih beliau. Tirta dibawa ke kerajaan untuk diberikan ke istrinya, diminum kemudian istrinya hamil, melahirkan kembar buncing yang bernama Sri Masula dan Sri Masuli," ungkapnya, kepada detikBali ditemui, Sabtu (4/6/2022).

Kemudian, Sri Udayana, katanya, menunjuk raja terdekat di wilayahnya, yaitu Raja Puri Sading. Status pura ini kemudian dimiliki oleh Kerajaan Puri Sading sampai sekarang.

"Saya sebagai pemangku untuk memelihara pura ini sampai piodalan, kebersihan, dan pembangunan fisik," ucapnya.

Ditanya apakah benar air di kawasan Pura Kereban Langit mampu mendatangkan keturunan dan menyembuhkan penyakit, Jero Mangku membenarkan. Kabar itu menyebar setelah raja yang belum punya keturunan menjadi punya keturunan.

"Itu dari mulut ke mulut menyambung dibuktikan dengan kenyataan," ungkap dia.

Untuk melakukan nunas sentana dan nunas tamba syaratnya pemedek harus membawa banten atau pejati (upakara) dan bungkak hijau satu orang satu (kelapa hijau). Pada prosesi nunas sentana ini nantinya pemangku akan memercikkan Tirta (air) Slaka agar pemedek diberikan keturunan atau diberikan kesembuhan dan keberkahan.

"Untuk nunas tamba jenis penyakit yang tidak kelihatan di medis, seperti sering pusing, gemetaran, santet (sejenis itu), alhamdulillah astungkara sembuh. Karena banyak yang sembuh, banyak yang memberikan sesangi (bayar utang/kaul), seperti tedung (payung) dan wastra (pakaian putih kuning)," beber mantan PNS di Pemkab Badung ini.
Baca juga:
Rahina Sugihan Bali, Ini yang Dilakukan untuk Penyucian Bhuana Alit

Pura Kereban Langit, Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.Pura Kereban Langit, Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Foto: Triwidiyanti

Sebelum melakukan nunas sentan, nunas tirta, dan nunas tamba, pemedek diwajibkan melakukan prosesi melukat di Taman Beji yang jaraknya tidak jauh dari Pura. Melukat di Taman Beji yang ada 5 pancoran, yaitu:

1. Pengleburan: melebur hal yang negatif

2. Pengelukatan: membersihkan unsur negatif

3. Prayasita: membersihkan diri

4. Pewintenan sari: membersihkan diri

5. Kemakmuran: supaya kehidupan setelah bersih dilebur supaya sejahtera

Pemedek I Wayan Arya Agustiawan (28) dan Ni Putu Sri Wahyuni (28), yang merupakan penduduk asli Desa Sading, ketika ditemui detikBali mengaku baru menikah tujuh bulan mereka berharap dapat segera diberi keturunan.

"Iya kita ingin segera diberi momongan pengen cepat punya anak meski baru menikah 7 bulan tapi kita berusaha. Ya harapannya laki-laki, tapi kalau nanti dapatnya perempuan ya gk apa-apa," ungkap Ni Putu Sri Wahyuni.

Hal yang sama disampaikan oleh pemedek Putu Suta Wiguna asal Tabanan, yang mengaku melakukan pemelukatan dan nunas tirta untuk mendapatkan keberkahan dan segera diberikan titipan (anak) ketika kelak dia menikah.

"Kebetulan saya mau menikah sebentar lagi ya saya ke sini karena ingin segera mendapatkan titipan (keturunan anak) ketika menikah nanti," katanya.

Baca artikel detikbali, "Pura Kereban Langit Viral Bisa Datangkan Keturunan-Sembuhkan Penyakit" selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6110814/pura-kereban-langit-viral-bisa-datangkan-keturunan-sembuhkan-penyakit.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Rabu, 17 Januari 2024

Sejarah Pura Pucak Mangu Yang Dikenal Sebagai Pura Kahyangan Jagat

 Pura Pucak Mangu adalah pura yang lokasinya berada di Banjar Tinggan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Adapun Pucak Mangu ini berada di bagian wilayah Badung Utara, terletak di atas bukit, sebagai penyungsungan jagat seluruh umat Hindu di Bali, sehingga tidak mengherankan saat upacara piodalan atau pujawali, seluruh umat Hindu berbondong-bondong, untuk melakukan persembahyangan ke Pura Puncak Mangu.

 Pura Pucak Mangu ini dipercaya sudah dibangun sejak zaman megalitikum dengan bukti ditemukannya sebuah lingga besar. Selain itu Pura Pucak Mangu juga  dijadikan tempat bertapa seorang Raja Mengwi yaitu I Gusti Agung Putu yang kalah dalam peperangan. Setelah melakukan tapa brata di Pura Pucak Mangu,dia  pun mendapatkan ilmu baru sehingga kembali berperang dan memenangkannya.

 Pura Pucak Mangu yang terletak di daerah pegunungan dengan masih masuk wilayah Badung dan Tabanan ini pun memiliki udara yang cukup segar, sehingga tak salah jika Pura ini menjadi salah satu favorit bagi pecinta alam. Dengan ketinggian 2.096 mdpl, dibutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk mendaki dengan jalur yang cukup nyaman, karena memang sudah terdapat jalur yang cukup jelas serta pepohonan yang cukup lebat, dan sesekali akan disambut dengan kabut sehingga akan memberikan kesejukan selama pendakian.

Meski begitu, keindahan alam yang ditawarkan dengan ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut membuat kamu dijamin betah.

Baca artikel detikbali, "10 Pura Yang Ada di Kabupaten Badung Beserta Lokasinya" selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6517961/10-pura-yang-ada-di-kabupaten-badung-beserta-lokasinya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Meski begitu, keindahan alam yang ditawarkan dengan ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut membuat kamu dijamin betah.

Baca artikel detikbali, "10 Pura Yang Ada di Kabupaten Badung Beserta Lokasinya" selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6517961/10-pura-yang-ada-di-kabupaten-badung-beserta-lokasinya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

 Banyak tempat suci pura yang ada di pulau Dewata Bali, yang merupakan warisan leluhur umat Hindu, mengambil lokasi di daerah terpencil, seperti di wilayah hutan, pantai, bukit dan juga gunung yang untuk menjangkaunya butuh perjuangan ekstra, seperti halnya juga dengan pura Pucak Mangu ini.

 Terletak di dataran tinggi pegunungan, sehingga hal tersebut tentu dapat membuat perjalanan tirta yatra anda menjadi lebih mengesankan, serta memberikan ketenangan sempurna. 

 


 Dalam peta Pulau Bali nama Gunung Mangu hampir tidak dikenal. Mungkin karena Gunung Mangu ini tidak begitu tinggi. Namun kalau kita baca lontar tentang Pura Kahyangan Jagat nama Gunung Mangu ini akan mudah diketemukan. Nama Gunung Mangu ini disebutkan dalam Lontar Babad Mengwi.
 
 Seperti yang dijelaskan sebelumnya seorang raja Mengwi yang bernama I Gusti Agung Putu kalah dalam peperangan,karena kalah I Gusti Agung Putu ditawan dan diserahkan kepada I Gst. Ngurah Tabanan sebagai tawanan perang. Oleh seorang patih dari Marga bernama I Gusti Bebalang meminta kepada I Gusti Ngurah Tabanan agar dibolehkan mengajak I Gusti Agung Putu ke Marga. Setelah di Marga inilah timbul niatnya I Gusti Agung Putu ingin membalas kekalahannya dengan cara-cara kestria kepada I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Sebelum membalas kekalahannya, I Gusti Agung Putu terlebih dahulu bertapa di puncak Gunung Mangu tempat Pura Pucak Mangu sekarang. Di puncak Gunung Mangu inilah I Gusti Agung Putu mendapat pawisik keagamaan dengan kekuatan magis religius. Setelah itu I Gusti Agung Putu kembali menantang I Gusti Ngurah Batu Tumpeng bertempur. Berkah hasil tapanya di Gunung Mangu itulah I Gusti Agung Putu meraih kemenangan melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan musuh-musuhnya yang lain.
 
 

 Sekilas 2 danau Kembar dan Tamblingan dengan lekukan perbukitan terlihat begitu indah dari kejauhan pura Pucak Mangu, alamnya terlihat cantik dan instagramable, sehingga pura Pucak Mangu selain sebagai tempat ibadah bisa dijadikan sebagai objek wisata di Bali,dan tentu anda pun bisa menikmati sensasi melakukan perjalanan spiritual sembari menenangkan hati serta pikiran dengan menyaksikan pemandangan alam yang begitu asri nan indah tersebut.




 Pura Pucak Mangu adalah warisan dari budaya Bali kuno, memiliki beberapa pelinggih dan sebuah lingga yang merupakan peninggalan purbakala bersejarah jaman megalitikum, jaman feodal pra Hindu, berkisaran pada pada abad ke-10, kalau dihubungkan lagi dengan mithologis lingga yang merupakan pancering jagat bumi Bali agar menjadi stabil.

 Pura Puncak Mangu menempati posisi penting dalam bentangan spiritual di pulau seribu pura ini, merupakan kahyangan jagat yang memiliki fungsi sebagai Pura Padma Bhuwana dan Catur Loka Pala.

Sebagai Catur Loka Pala, pura Puncak Mangu berada sisi posisi Utara, Andakasa sebelah Selatan, Batukaru sebelah Barat dan Lempuyang sebelah Timur, sedangkan fungsinya sebagai Padma Bhuwana sebagai simbol alam semesta atau Bhuwana agung sebagai tempat memuja Ida sang Hyang Widi wasa yang manifestasinya sebagai Dewa Sangkara.

Selasa, 16 Januari 2024

Menelusuri Salah Satu Warisan Budaya UNESCO yaitu Pura Taman Ayun di Mengwi.

 

    Pura Taman Ayun merupakan Pura Paibon/Pedarman Raja Mengwi untuk memuja roh leluhur dari raja-raja yang diwujudkan dengan dibangunnya sebuah gedong Paibon, dan juga dibangun pula meru-meru sebagai tempat untuk pemujaan dan persembahyangan kepada para Dewa bagi masyarakat kerajaan Mengwi dalam memohon kesejahteraan. Pura Taman Ayun yang berada di Kecamatan Mengwi,Kabupaten Badung, Bali. Taman ini beserta Pura Taman Ayun merupakan warisan bersejarah dari kerajaan Mengwi.

 Pada tahun 2012 UNESCO menetapkan Pura Taman Ayun sebagai bagian dari situs warisan budaya dunia. Situs bertajuk resmi Lanskap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak sebagai sebuah manifestasi filosofi Tri Hita Karana (Cultural landscape of Bali Province: the subak system as a manifestation of the Tri Hita Karana. Meliputi Pura Ulun Danu Batur dan Danau Batur, daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, kawasan Catur Angga Batukaru dan situs Pura Taman Ayun.

 Pura Taman Ayun dibangun pada abad ke-17 tepatnya dimulai pada tahun 1632. Dan selesai pada tahun 1634 oleh raja Kerajaan Mengwi yang pada saat itu yang mempunyai nama lain kerajaan "Mangapura", "Mangarajia", dan "Kawiyapura", yaitu I Gusti Agung Putu raja kerajaan Mengwi pada zaman itu.

 Adapun dalam pembangunan Pura Taman Ayun, beliau dibantu oleh seorang arsitek yang berasal dari keturunan Tiongkok yang berasal dari Banyuwangi yang bernama Ing Khang Ghoew yang juga sering disebut I Kaco rekan dari Raja Mengwi.

 Pura Taman Ayun merupakan sebuah Pura Keluarga bagi Kerajaan Mengwi. Pada awalnya, pura ini dibangun karena pura-pura yang ada berdiri pada zaman itu jaraknya sangat jauh untuk dijangkau oleh masyarakat Mengwi. oleh karena itu,Sang Raja mendirikan sebuah tempat pemujaan dengan beberapa bangunan sebagai penyawangan (simbol) dari 9 pura utama yang ada di Bali, seperti Pura Besakih, Pura Ulundanu, Pura Batur, Pura Uluwatu, Pura Batukaru, dan pura utama lainnya yang ada di Bali.


Adapun pura ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 

1.Nista Mandala – Bagian luar

  • Berupa parit (air) yang mengelilingi pura, bertujuan untuk membendung pengairan irigasi, fungsinya adalah menampung atau menjaring air sungai kemudian membagikan ke semua hilir (sawah). Yang pada umumnya masyarakat di Bali menamakannya Subak.
  • Wantilan atau paviliun besar yang berfungsi sebagai arena panggung untuk pementasan kesenian Bali.
  • Air mancur alami merupakan bagian dari landscape taman.
     
     
     
     

2.Madya Mandala – Bagian dalam

  •  Terdapat wantilan di bagian Madia Mandala atau di bagian dalam pura yang berfungsi sebagai tempat pendukung upacara keagamaan, seperti gambelan atau nyanyian suci yang disakralkan (kidung/kekawin)  pada saat upacara keagamaan atau saat hari raya besar umat Hindu. 

 

3.Utama Mandala – Bagian inti

  •  Utama Mandala adalah halaman yang paling suci. Di Utama Mandala terdapat pelinggih-pelinggih (bangunan suci) tempat distanakannya Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai perlambang dan sebutannya. Sebelum masuk ke dalam Utama Mandala terdapat gerbang besar sebagai titik masuk ke halaman utama. Gerbang ini hanya dibuka sewaktu-waktu pada saat upacara keagamaan dilaksanakan. 
     

  Di halaman luar atau Nista Mandala, terdapat sebuah wantilan atau pendopo. Wantilan di Pura Taman Ayun tidak dibuat seperti wantilan pada umumnya.Pada bagian tengah, terdapat diorama tajen atau sabung ayam.Pengunjung dapat melihat bagaimana sabung ayam dilakukan melalui diaroma.Diaroma dilengkapi dengan lima patung yang dibuat benar benar menyerupai manusia sungguhan dengan berbagai pose.Patung tersebut layaknya memakai pakaian adat Bali dilengkapi dengan kain corak kotak-kotak hitam dan putih serta mengenakan udeng.


  Bagi anda yang ingin mengunjungi Pura Taman Ayun untuk berwisata sekaligus melakukan upacara persembahyangan,anda tidak perlu khawatir karena tiket masuk ke dalam Pura Taman Ayun tergolong murah yaitu bagi pengunjung domestik dikenakan biaya Rp 10 ribu dan untuk pengunjung asing dikenakan biaya hanya sekitar Rp 15 ribu.
 
Untuk informasi lebih lengkap silahkan simak video berikut :
 


Pura ini dibangun pada tahun 1556 saka atau sekitar 1634 Masehi. Pura yang dibangun oleh Raja Mengwi I Gusti Agung Putu menjadikan Pura Taman Ayun sebagai tempat pemujaan leluhur Raja Mengwi dalam memohon kesejahteraan.

Menjadi pura bagi Kerajaan Mengwi, tidak heran jika terdapat sebuah gedong Paibon di dalam pura tersebut.

• Wisata yang Dapat Dinikmati di Pura Taman Ayun

Tentunya Anda akan mendapatkan pengalaman wisata religi yang luar biasa di pura ini. Mengingat Pura Taman Ayun merupakan salah satu pura terbesar yang ada di Bali.

Anda akan menemukan nuansa wisata religi di tengah taman dengan pemandangan sangat indah. Di area pura tersebut juga terdapat banyak fasilitas, mulai dari toilet, tempat duduk, hingga area parkir.

Baca artikel detikbali, "Pesona Pura Taman Ayun: Sejarah, Daya Tarik, dan Rute" selengkapnya https://www.detik.com/bali/wisata/d-6602713/pesona-pura-taman-ayun-sejarah-daya-tarik-dan-rute.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Pura ini dibangun pada tahun 1556 saka atau sekitar 1634 Masehi. Pura yang dibangun oleh Raja Mengwi I Gusti Agung Putu menjadikan Pura Taman Ayun sebagai tempat pemujaan leluhur Raja Mengwi dalam memohon kesejahteraan.

Menjadi pura bagi Kerajaan Mengwi, tidak heran jika terdapat sebuah gedong Paibon di dalam pura tersebut.

• Wisata yang Dapat Dinikmati di Pura Taman Ayun

Tentunya Anda akan mendapatkan pengalaman wisata religi yang luar biasa di pura ini. Mengingat Pura Taman Ayun merupakan salah satu pura terbesar yang ada di Bali.

Anda akan menemukan nuansa wisata religi di tengah taman dengan pemandangan sangat indah. Di area pura tersebut juga terdapat banyak fasilitas, mulai dari toilet, tempat duduk, hingga area parkir.

Baca artikel detikbali, "Pesona Pura Taman Ayun: Sejarah, Daya Tarik, dan Rute" selengkapnya https://www.detik.com/bali/wisata/d-6602713/pesona-pura-taman-ayun-sejarah-daya-tarik-dan-rute.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

KISAH BATU BERSUARA DI PURA GOA GONG


     Pura Goa Gong  yang terletak di Banjar Batu Mongkong, Desa Jimbaran, Kuta, Badung.Pura ini merupakan salah satu pura di Bali yang memiliki keunikan.Pura ini sangat memendam kisah spritual yang magis dan kisah mistis.

   Ida Pedanda Wau Rawuh atau Dang Hyang Dwijendra, sempat menginjakkan kakinya di Pura Goa Gong. Pura Goa Gong bermula dari perjalanan Dang Hyang Nirartha menuju Uluwatu..Di tengah perjalanan beliau mendengar suara Gong. Karena saking penasarannya,beliau mencoba melusuri dari mana asal suara gamelan atau gong tersebut.Akhirnya beliau menemukan tempat suara gong itu berasal.Sesampainya disana beliau bertemu dengan dua ekor naga besar yang berwarna kuning dan merah. Naga itu melintang di hadapan beliau, seolah-olah ingin menghalangi perjalanan beliau.Ternyata,dua ekor naga tersebut adalah wujud dari raja dan ratu gamang atau wong samar yang keduanya telah melakukan semedi selama ratusan tahun untuk mendapatkan penyupatan.Naga tersebut ingin mendapatkan panyupatan dari Dang Hyang Nirartha agar bisa pergi menuju sunia loka.

    Konon katanya naga tersebut mengaku sekian lama bersemedi disana,namun tak ada satupun Bhatara membebaskan mereka. Hal inilah yang menyebabkan kedua naga tersebut menghalangi perjalanan Dang Hyang Niratha.Akhhirnya beliau menyanggupi permintaan naga tersebut untuk disupat,akan tetapi ada permintaan khusus Dang Hyang Nirartha yang harus dipenuhi.Permintaannya ialah Roh atau atman dari kedua naga tersebut bisa pergi dengan karma masing-masing menuju sunia loka.Tetapi,badan atau raga dari naga tersebut harus berada di Pura Goa Gong agar senantiasa menjaga dari energi negatif. Kedua naga tersebut selanjutnya berstana di taman yang dibuat oleh Dang Hyang Nirartha. Hingga kini, kedua naga tersebut diyakini sebagai Raja dan Ratu Wong Samar.

    Setelah selesai menyupat sang naga, Dang Hyang Nirartha melanjutkan perjalanan menuju suara gong yang tiada henti mengganggu telinga beliau. Ternyata suara gong tersebut berasal dari tengah goa,namun setelah didekati seketika suara gong berhenti. Beliau kemudian masuk ke dalam goa dan duduk di atas sebuah batu besar untuk bersemedi.Ternyata, selama beliau bersemedi, telah banyak wong samar yang menunggu untuk mendapatkan penyupatan dari Dang Hyang Niratha. Beliau pun berkenan menyupat wong samar tersebut, tetapi keberhasilannya tergantung pada karmanya masing-masing. Setelah selesai menyupat, beliau meminta bantuan para wong samar yang jumlahnya ribuan tersebut untuk berkenan membantu membangun Pura Luhur Uluwatu.

    Selain itu,Pura Goa Gong ini merupakan tempat persembunyian I Gusti Agung Maruti, Raja yang berasal dari Klungkung.Nama lain dari Pura Goa Gong yaitu Pura Luhur Gunung Kukus.Kenapa disebut Pura Luhur Gunung Kukus?.Karena disebutkan Raja I Gusti Agung Maruti bersembunyi ketika kala itu terjadi kudeta di kerajaan Gelgel,Klungkung.Ida Dalem Dimade atau Gusti Agung Maruti melarikan diri ke kawasan ini. Di sinilah ia melakukan tapa brata atau bersemedi sehingga mendapatkan anugerah keris bintang kukus.Oleh sebab itu, pura ini juga disebut dengan Pura Luhur Gunung Kukus.


    Pada tebing-tebing goa ada air yang menetes diyakini sumber air suci.Ini adalah fenomena sangat unik,  karena goa yang berada di bukit yang tandus dan gersang,selalu ada tetesan air yang keluar dari tebing goa.Air suci (tirta) ini yang berasal dari tebing goa diyakini sangat berkhasit untuk melakukan permohonan seperti; memohon penyucian diri, memohon berkah kehidupan, memohon obat bagi yang sakit serta memohon keselamatan.Oleh karena itu Pura Goa Gong dipercaya sangat kental dengat aura spritualnya.

    Di pura ini adalah tempat pemujaan Ida Pedanda Wau Rawuh atau Dang Hyang Dwijendra.Disisi lain ada pelinggih yang juga di puja di Pura Goa Gong, yaitu pelinggih Dewi Kwan Im dan pelinggih Ratu Mas Manik Subandar. Oleh sebab itu,pura ini juga dikunjungi oleh sebagaian besar umat Budha.Karena Dang Hyang Nirartha merupakan penganut paham Siwa Budha. Sehingga, tak jarang kita jumpai pada hari besar umat Budha, banyak yang tangkil ke pura ini. 

PIODALAN ATAU HARI RAYA DI PURA GOA GANG

    Piodalan di Pura Goa Gong dilaksanakan setiap 6 bulan sekali,yakni pada Soma Pon Wuku Sinta, atau disebut juga Soma Ribek. Pada saat piodalan, konon suara gong akan bergema kembali secara gaib di pura ini.

LARANGAN ATAU PANTANGAN DI GOA GONG 

     Untuk memasuki goa ini,dilarang mengenakan alas kaki,selain lantainya sangat licin karena tetesan air tebing,juga dapat mengotori tempat persembahyangan. Pada setiap hari Buda (Rabu),seluruh masyarakat tidak diperkenankan untuk melakukan persembahyangan di pura ini. Larangan ini sangat diyakini oleh seluruh masyarakat untuk menjaga kesucian pura tersebut, bahkan sekalipun ada hari-hari persembahyangan (rahinan) yang jatuhnya tepat pada hari itu. Sebenarnya bukan melarang,tetapi lebih tepatnya menghormati sejarahnya Maha Rsi Dang Hyang Niratha yang kebetulan pada saat beliau bersemedi di tempat ini jatuhnya pada hari Rabu (Buda).

Minggu, 14 Januari 2024

Menguak Sejarah Pura Ulun Danu Batur

 

 
 

Pura Ulun Danu Batur atau juga disebut sebagai "Pura Batur" adalah Pura yang terletak di pulau Bali, Indonesia . Sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat, Pura Ulun Danu Batur adalah salah satu dari pura terpenting di Bali yang bertindak sebagai pemelihara harmoni dan stabilitas seluruh pulau. Pura Ulun Danu Batur mewakili arah Utara dan didedikasikan untuk dewa Wisnu dan dewi lokal Dewi Danu, dewi Danau Batur, danau terbesar di Bali. Setelah hancurnya kompleks pura yang asli, pura tersebut akhirnya dipindahkan dan kembali dibangun pada tahun 1926.Dewi Danu yang juga bergelar Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar atau I Ratu Ayu Mas Membah adalah dewi penguasa Danau Batur bersama-sama dengan putera sulungnya, yaitu Ratu Gede Dalam Dasar. 

Gambar : sketsa dari perwujudan Dewi Danu




 Pura Batur atau Pura Ulun Danu pertama kali didirikan pada abad ke-17. Pura ini didedikasikan untuk dewa Wisnu dan untuk dewi danau Dewi Danu. Sedangkan Kata 'Pura' berarti "Pura atau Kuil", sedangkan kata ulun ("kepala" atau "sumber") dan danu ("danau", merujuk ke Danau Batur) diterjemahkan sebagai "sumber danau"; dan dengan demikian nama Pura secara harfiah berarti "Pura Sumber Danau". Kata 'batur', setelah desa Batur di mana Pura itu berada, berarti "murni" atau "bersih secara spiritual". Adapun definisi Pura Ulun Danu menggambarkan pentingnya air bagi kemakmuran warga sekitar desa Batur dan bagi seluruh komunitas Hindu di Bali, terutama dalam mengairi sawah di pulau Bali.

 Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur dan desa aslinya (yang pada saat itu dikenal sebagai Karang Anyar, yang berarti "Wilayah Baru") terletak di barat daya lereng Gunung Batur itu sendiri. Aliran lahar letusan 1917 menyebabkan hampir ribuan korban berjatuhan. Meskipun hancur, aliran lava hitam berhenti di gerbang Pura Ulun Danu Batur. Karena lava berhenti sebelum mencapai candi, masyarakat melihat ini sebagai pertanda baik dan memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut.

 Pada 21 April 1926, Gunung Batur meletus lagi, kali ini menghancurkan seluruh desa Karang Anyar. Lava juga melaju ke arah pura, menutupi hampir seluruh kompleks. Terlepas dari kehancuran desa dan juga hilangnya 1.500 penduduk desa, meru tingkat 11 pura ini bertahan. Namun dengan daerah di sekitar Gunung Batur yang akhirnya dinyatakan bahwa tidak dapat dihuni selama periode erupsi, penduduk desa Kalang Anyar pun terpaksa harus pindah dari tempat tersebut. Proses relokasi dibantu oleh penduduk desa dari daerah sekitarnya, seperti Desa Bayung, Tunggiran, Kedisan, Buanan, Sekardadi. Pemerintah Hindia Belanda mengirim pasukan regional Bangli dan beberapa tahanan untuk membantu relokasi.Kuil 11 tingkat yang selamat diangkut menuju ke lokasi baru, serta perlengkapan penting lainnya dari pura. 

 Setelah beberapa hari, program pembangunan kembali desa dimulai oleh pemerintah daerah Bangli. Dana pun sedikit demi sedkit dikumpulkan untuk membangun rumah baru, kantor administrasi, dan infrastruktur dasar. Setelah beberapa bulan, daerah di sekitar Gunung Batur dinyatakan aman, dan program pembangunan kembali desa dapat segera dimulai. Lokasi baru untuk desa dipilih, kali ini menanjak di tepi luar kaldera Danau Batur. Tanah dibagikan sesuai dengan jumlah keluarga asli. Seluruh proses diawasi oleh petugas polisi setempat (mantri polisi) untuk menjaga ketertiban. Dengan selesainya rumah-rumah dan infrastruktur dasar, pemerintah daerah Bangli mengumpulkan dana lain untuk membangun sebuah pura baru, yang akhirnya terciptalah Pura Ulun Danu Batur yang sekarang. 



 
 
 Odalan (pesta utama) Pura Ulun Danu Batur berlangsung pada bulan purnama ke-10 dalam setahun (Purnama Sasih Kedasa) menurut kalender Bali, yang biasanya jatuh pada akhir Maret hingga awal April.
 Adapun Pura Batur merupakan pura yang terdiri dari sembilan pura yang berbeda, berisi total 285 tempat suci dan paviliun yang didedikasikan untuk para dewa dan dewi air, pertanian, mata air suci, seni, kerajinan, dan banyak lagi. Pura Penataran Agung Batur, candi utama, memiliki lima halaman utama. Kuil yang paling dominan adalah meru 11 tingkat yang terletak di halaman dalam dan paling sakral, tiga meru 9 tingkat yang didedikasikan untuk Gunung Batur, Gunung Abang, dan Ida Batara Dalem Waturenggong, raja dewa dari Gelgel dinasti yang memerintah dari 1460 hingga 1550. Delapan pura lainnya adalah Pura Jati Penataran, Pura Tirta Bungkah, Pura Taman Sari, Pura Tirta Mas Mampeh, Pura Sampian Wangi, Pura Gunarali, Pura Padang Sila, dan Pura Tuluk Biyu.
Pura Penataran Agung Batur, dibagi menjadi tiga wilayah: bagian luar pura (jaba pisan atau nistaning mandala), bagian tengah (jaba tengah atau madya mandala), dan bagian utama (jero atau utamaning mandala).
Kuil utama Pura Ulun Danu Batur terletak di tempat suci ('jero' '). Kuil utama adalah meru yang terdiri dari 11 tingkat yang didedikasikan untuk Siwa dan pendampingnya Parvati. 
 

 

MENGENAL PURA DALEM SAKENAN DI SERANGAN

                            MENGENAL PURA DALEM SAKENAN DI SERANGAN

    Pura Sakenan adalah Pura yang terletak di wilayah selatan Bali, berada di pantai barat laut Pulau Serangan, yaitu sebuah pulau kecil yang berjarak sekitar 10 kilometer di selatan Denpasar. Pura ini masih memiliki hubungan dengan Buddha, yang melinggih Ida Bhatara Sakya Muni.Setiap pengunjung atau wisatawan yang ingin masuk ke tempat suci Pura Sakenan wajib mengenakan sarung dan sabuk kain khas Bali.

    Pura Sakenan hanya berukuran 2,9 kilometer dengan lebar 1 kilometer. Nama Serangan berasal dari kata sira dan angen atau "kangen/ sayang". Pura Sakenan dibangun dengan latar belakang wujud syukur orang yang merasa sira angen dengan keindahan alam pulau ini.

   SEJARAH PURA SAKENAN

      

   Menurut sejarah dalam lontar Usana Bali, Mpu Kuturan atau Mpu Rajakretha membangun pura berdasar konsep yang dibawanya dari Kerajaan Kediri,Jawa.Pura Sakenan ini dibangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke-10 Masehi (sekitar 1005 M). Mpu Kuturan tiba di Bali pada tahun 1001 M dalam rangka menata-ulang aspek sosial-religius masyarakat Bali.Prabhu Udayana dan Empu Kuturan merupakan penganut ajaran Buddha Mahayana Sakyamuni. 

    Pada masa pemerintahan Sri Dalem Ketut Ngulasir dari kerajaan Gelgel, rakyat Serangan diperintahkan untuk membuat pemujaan Bhatara di tempat yang sebelumnya disucikan Empu Kuturan dan menamainya "Parahyangan Dalem Sakenan". Nama Sakenan berasal dari kata Sakyamuni, yaitu ajaran Buddha yang dianut oleh Empu Kuturan. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong (1411 saka atau 1489 masehi), ia bersama Dang Hyang Nirartha disebutkan membangun pelinggih Sekar Kancing Gelung di Pura Sakenan. Ketika Danghyang Nirartha mengadakan perjalanan keliling Bali untuk mengunjungi tempat-tempat suci, ia sampai di Pulau Serangan. Dalam Dwijendra Tattwa ditulis:

"... sesudah Danghyang Nirartha mensucikan diri di Bukit Payung, lalu dia meneruskan perjalanan dengan menyusur pantai laut yang sangat indah dan mempesona menuju arah utara. Pantai yang dilalui cukup permai dengan pasirnya yang putih memberikan keindahan alam yang eksotis, ditambah lagi dengan hembusan angin dan lautan yang dapat menyegarkan jasmani."

    Akhirnya, disana Danghyang Nirartha membangun pelinggih (bangunan suci) di Pura Sakenan.Menurut warga lokal sekitarnya, Pura Sakenan awalnya hanya berbentuk sebuah batu bersinar yang ditemukan oleh Danghyang Astapaka ketika melakukan perjalanan ke Bali pada tahun 1530 M, akhirnya beliau membuat pura. Singkat cerita Dang Hyang Nirartha melihat pura tersebut,kemudian menyempurnakannya dengan melakukan upacara. Pura tersebut kemudian dinamakan Pura Sakenan.

    Pada tanggal 8 April 1999, Pura Sakenan diserahkan oleh Dispenda Badung kepada masyarakat Desa Adat Serangan. Masyarakat Serangan melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.Masyarakat Desa Adat Serangan melakukan gotong-royong mengadakan kebersihan di sekitar pura, menjadi panitia penyambut kedatangan panitia dari kabupaten, serta memiliki 27 orang pemangku.

Arsitektur Bangunan

    Pura Sakenan berkonsep Tri Mandala yang dibagi menjadi sebagai berikut,yakni utama mandala,madya mandala dan nista mandala.Pura sakenan salah satu pura yang terpenting di Bali dengan adanya nilai nilai kearifan lokal yang tercantum didalamnya.

utama mandala, madya mandala, dan nista mandala. Sebagai salah satu tempat peribadatan umat Hindu, Pura Sakenan sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Pura ini pun menjadi salah satu warisan sejarah yang kerap dikunjungi.

Baca artikel detikbali, "Pura Sakenan: Sejarah, Lokasi, dan Fasilitasnya" selengkapnya https://www.detik.com/bali/wisata/d-6375418/pura-sakenan-sejarah-lokasi-dan-fasilitasnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Pura Sakenan memiliki konsep Tri Mandala dan dibagi menjadi tiga halaman, yakni utama mandala, madya mandala, dan nista mandala. Sebagai salah satu tempat peribadatan umat Hindu, Pura Sakenan sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Pura ini pun menjadi salah satu warisan sejarah yang kerap dikunjungi.

Baca artikel detikbali, "Pura Sakenan: Sejarah, Lokasi, dan Fasilitasnya" selengkapnya https://www.detik.com/bali/wisata/d-6375418/pura-sakenan-sejarah-lokasi-dan-fasilitasnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Pujawali atau Piodalan Pura Dalem Sakenan

    Pujawali (perayaan agung) dan piodalan Pura Sakenan jatuh pada hari Sabtu Kliwon Kuningan menurut kalender Pawukon Bali yang panjangnya adalah 210 hari. Perayaan berlangsung selama tiga hari yang puncaknya pada hari Minggu. Perayaan piodalan bertepatan dengan perayaan Kuningan (hari raya), 10 hari setelah Galungan. Pastinya ketika hari pujawali dilaksanakan,bukan hanya warga setempat saja datang melainkan warga daerah lainpun berdatangan untuk melakukan persembahyangan di pura tersebut.Biasanya perayaan tersebut juga diramaikan berbagai pentas seperti tari Barong hingga tari Topeng.

    Saat berkunjung ke Pulau Serangan, anda tak hanya dapat mengunjungi Pura Sakenan sebagai objek wisata yang terkenal dan bersejarah,namun ada objek menarik lainnya di pulau tersebut yaitu sebuah pantai. Pantai ini kerap dijadikan objek wisata snorkling oleh para wisatawan.Di kawasan Pulau Serangan, ada berbagai warung kuliner yang tentu akan menggugah selera makan anda. Mayoritas menawarkan menu berbagai macam ikan laut,tetapi ada juga menu sayuran,seperti plecing kangkung.

Sabtu, 13 Januari 2024

Pesona Pura Gunung Payung Yang Berada Di Desa Kutuh

 

MENGUAK PESONA PURA GUNUNG PAYUNG YANG BERADA DIDESA KUTUH

    Di wilayah Kuta Selatan terdapat pura Dang Kahyangan,yang terletak di sebuah perbukitan gersang di Desa Kutuh yaitu Pura Gnung Payung. Bangunan suci tersebut sangat erat kaitannya dengan perjalanan spiritual Danghyang Dwijendra atau Maharesi suci Danghyang Nirartha dari Jawa. Wilayah pulau Bali yang terdekat dengan pulau Jawa adalah wilayah Bali Barat, sebelum sampai di Gunung Payung maka perjalanan suci beliau dimuali dari Pura Pulaki dan Melanting, kemudian sejumlah pura lainnya yang berhubungan dengan perjalanan suci beliau adalah Pura Rambutsiwi, Ponjok Batu, Uluwatu, Goa Lawah, Silayukti, Purancak, Petitenget, Gunung Payung dan banyak lagi lainnya.

     Dang Hyang Dwijendra adalah penganut Hindu yang sempurna, sehingga perjalan beliau ke Bali sangat tepat karena pengaruh Hindu sangat kuat. Itulah sebabnya sejarah perkembangan agama Hindu di Bali berkaitan erat dengan keberadaan Dang Hyang Nirartha.

    Perjalanan beliau memberikan kesejukan, beberapa tempat suci yang beliau dirikan dekat pesisir, seperti dekat pantai Selatan yaitu Gunung Payung, loakasinya di perbukitan yang tandus menyerupai sebuah payung, namum bukan hanya itu saja, berdirinya tempat suci tersebut,diawali dengan perjalanan Danghyang Nirartha ke Pura Luhur Uluwatu yang sekarang ini menjadi salah satu objek wisata terkenal di Bali.Adapun juga dipentaskan tari Kecak dengan latar belakang pura dan sunset. Danhyang Nirartha memberikan wejangan serta nasihat agar masyarakat menjaga keasrian alam sekitarnya, kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke arah Timur melalui perbukitan.

    Dalam perjalanan ke Timur dari arah Uluwatu, sampailah di perbukitan desa Kutuh, beliau terposana dengan keindahan tempat ini karena memiliki aura spiritual yang kuat.Warga sangat antusias dan bahagia karena mengetahui keberadaan beliau,lalu warga meminta petunjuk dan tuntunan agama. Warga juga menyampaika keluh kesahnya karena tempat ini sangat gersang dan tandus,begitupun sumber mata air ditempat ini sama sekali tidak ada. Setelah mendengar keluh kesah warga beliau menancapkan gagang payung yang beliau bawa ke tanah, dengan kekuatan spiritualnya seketika air menyumbur dari dalam tanah.

 



    Sebelum beliau meninggalkan tempat tersebut, beliau memberikan wejangan kepada warga sekitar agar menjaga mata air suci tersebut,kemudian para warga berinisiatif mendirikan pura agar terjaga kesuciannya yang sekarng dinamakan Pura Gunung Payung.Sampai sekarang sumber mata air ini masih terawat dan terjaga kerbersihannya, walaupun saat musim kemarau datang, selalu saja ada air dan juga air ini difungsikan sebagai Tirta bagi warga yang medek atau melakukan persembahyangan keagamaan, jelas ini adalah hal unik karena di atas bukit yang sangat tandus, anda masih bisa menemukan sumber mata air diperbukitan.

Pujawali di Pura Dhang Kahyangan Gunung Payung

    Piodalan (perayaan hari lahir tempat suci) atau upacara di Pura Gunung Payung jatuh setiap Hari Purnama Kawulu (bulan kedelapan dalam kalender Bali).Apabila anda datang saat piodalan dilaksanakan anda akan melihat warga sekitar melakukan persembahyangan atau upacara keagamaan.Upacara tersebut dilakukan bukan semata mata untuk diri kita sendiri akan tetapi rasa wujud syukur kita kepada Tuhan Hyang Maha Esa dengan apa yang telah diberikannya agar senantiasa menjaga dan merawatnya dengan baik. 

    Sekarang kawasan Pura Gunung Payung,ditata dan diproyeksikan menjadi tempat destinasi  wisata di Bali, karena memang keindahan alamnya yang asri dan mengagumkan, bahkan di kawasan ini dibangun stage yang rencananya untuk pementasan tari Kecak. Bahkan berdekatan dengan Pura Gunung Payung yang dikembangkan menjadi tempat wisata, seperti lapangan golf dan juga tempat wisata paragliding, ketika anda datang ke sini anda bisa menyaksikan permainan paralayang tersebut dari Pura Gunung Payung 

    Di bawah pura terdapat pantai yang indah dan menawan yaitu pantai Gunung Payung, pasirnya berwarna putih bersih,untuk menuju ke pantai kita harus menuruni ratusan tangga agar bisa mencapai lokasinya.Disana anda akan disuguhkan dengan keindahan pantai yang dihiasi dengan beberapa batu besar di pesisir pantai dan perbukitan

    Pantai Gunung Payung terletak di desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Badung - Bali yang terletak di satu wilayah dengan Pantai Pandawa. Seperti diketahui kawasan desa Kutuh ini terletak pada kawasan perbukitan,sehingga tidak mengherankan kawasan ini juga menghadirkan pemandangan alam laut yang terletak di balik bukit. Seperti juga apa yang ditawarkan di Pantai Gunung Payung, lokasinya tersembunyi di balik bukit, dan bagi para pengunjung yang ingin berada lebih dekat dengan keberadaan pantai ini harus menuruni ratusan anak tangga.

    Keindahan pantai Gunung Payung ini menyuguhkan nuansa lain dalam acara jalan-jalan anda bersama keluarga ataupun pasangan. Bagi anda pecinta wisata alam pantai di Bali , mungkin anda selalu dimanjakan dengan akses ke lokasi objek wisata hanya dengan beberapa langkah saja berjalan dari area parkir. Namun berbeda ketika anda berkunjung ke pantai Gunung Payung anda harus melewati ratusan buah anak tangga agar bisa sampai ke pantai. Namun jangan khawatir perjalanan akan sangat menyenangkan, karena selama perjalanan anda disuguhi pemandangan laut yang indah nan sangat menakjubkan, juga keindahan tebing-tebing bukit hijau yang penuh rumput ilalang dan pepohonan, serta sebuah gazebo tempat beristirahat.

    Kawasan objek wisata Gunung Payung sendiri sedang mengalami proses penataan, berbagai insfratuktur pendukung dibangun dan ditata dengan baik. Areal parkir cukup luas, di tempat parkir ini anda sudah bisa menyaksikan keindahan alam laut, ada sarana toilet, dibangun juga stage untuk tempat pementasan tari Kecak dengan latar belakang samudera Hindia, sehingga tempat ini nantinya akan menjadi pilihan tempat menonton tari Kecak setelah pilihan tari kecak Uluwatu,GWK dan di Ubud, terdapat juga pedagang makanan dan minuman. Bahkan pura Gunung Payung yang terletak di atas tebing bukit menjadi tempat istimewa untuk bersantai dan menyaksikan keindahan alam laut.

      Jadi jika anda ingin mengunjungi pantai Gunung Payung, perlu sedikit usaha ekstra dan stamina yang cukup fit untuk menapaki tangga demi tangga. Karena perjalanan menuju bibir pantai cukup melelahkan, namun semuanya akan terbayarkan karena anda disambut dengan hamparan pantai indah,sebuah keindahan alam tersembunyi yang jarang mengetahui keberadaannya. Bawalah sedikit perbekalan atau paling tidak air minum, karena disana tidak ada pedagang.

    Tekstur pasir putih bersih dan sedikit agak kasar, masih sepi pengunjung, padahal tempat ini sangat indah,hal tersebut mungkin karena akses menuju ke lokasi cukup butuh tenaga ekstra, membuat pengunjung masih enggan untuk berkunjung ke sini,seperti pantai Pandawa yang sekarang ini menjadi sebuah objek wisata paling populer dan terkenal di Bali. Jadi tempat ini sangat cocok bagi anda yang ingin menyepi menikmati keindahannya, menjauhkan diri dari hiruk pikuk kota. Selain itu,ketika air lautnya surut anda akan disuguhkan dengan bebatuan ataupun karang yang indah,hal itu dapat membuat perasaan anda semakin bahagia ketika anda berkunjung kesana.


    Tempat ini dikelilingi bukit, terisolasi dari keramaian, sejumlah aktifitas yang bisa anda lakukan di objek wisata pantai Gunung Payung seperti bersantai, berjemur, berenang dan bermain surfing, objek wisata yang direkomendasikan untuk tempat menyepi. Namun dengan ditatanya kawasan Gunung Payung ini mulai dari akses jalan ke lokasi sudah di hotmix, penataan areal parkir, serta sarana hiburan tempat pementasan tari Kecak, diperkirakan tempat ini akan ramai dikunjungi para wisatawan. Apalagi di kawasan ini dibangun sebuah lapangan Golf namanya Bukit Pandawa Golf and Country Club, sehingga tempat ini diperkirakan akan sangat cepat terkenal menyamai tetangganya pantai Pandawa. Nah untuk itulah sebelum tempat ini ramai pengunjung dan semasih menawarkan ketenanangan, sekarang saatnya anda mengunjungi objek wisata pantai Gunung Payung.

Jika anda sewa mobil di Bali atau ingin merencanakan tour untuk mengunjungi tempat wisata di kawasan Bali Selatan, anda bisa mulai dari objek Tanjung Benoa, GWK, Dreamland dan Pantai Pandawa Kutuh  yang termasuk juga ke pura dan pantai Gunung Payung, sebuah pantai cantik dan tersembunyi yang masih jarang dikunjungi wisatawan.